Kamis, 15 Juli 2021

Hal² baik tidak datang begitu saja

Ketika para bijak berkata, “Besok akan lebih baik,” mereka tidak bermaksud menyebut besok yang benar-benar BESOK!

Hal-hal baik itu tidak begitu saja menyusup pada waktu malam dan menampakkan diri di bawah jendelamu pada waktu pagi. Kebahagiaan bukan sesuatu yang jatuh dari bulan dan mengembuni rumahmu kala mentari mulai mengintip kembali dari balik bumi. Tidak begitu.

Besok mungkin bahkan bisa lebih pilu. Kau masih dililit masalah-masalah kemarin, lalu matahari malah membawa perkara-perkara yang lebih memuakkan. Kau dipaksa untuk kembali berpegang pada keyakinan bahwa ‘besok’ akan lebih baik.

Hari-hari yang baik tentu akan datang, tetapi mungkin bukan besok, bukan lusa, atau bahkan lusa berikutnya. Namun, di situlah kita diuji. Sepanjang apa kita tabah untuk menanti ‘esok’ yang benar-benar baik.

Namun, bagaimanapun, kebaikan-kebaikan hari ‘esok’ adalah hasil dari apa-apa yang kita perjuangkan hari ini. Tentang bagaimana kita tetap berusaha tegar menghadapi segalanya meskipun sudah pada tahap tak tertahankan. Tentang bagaimana kita tetap berprasangka baik pada Dia Yang Maha Mengatur Segalanya meskipun masalah-masalah mencerca kita tanpa ada habisnya. Tentang bagaimana kita tetap setia melakukan hal-hal baik meskipun dunia memainkan cara-cara kotor untuk menginjak kita sampai ke tanah.

Hari-hari yang baik mungkin tidak akan datang dalam waktu dekat. Namun, percayalah, ia ada. Tuhan tidak akan membiarkan sia-sia segala usaha dan kebaikan yang kita lakukan demi menuju ‘esok yang bahagia’.







Baca selengkapnya » 0 komentar

Sabtu, 03 Juli 2021

Dark thoughts



is it like a killer?



Seperti kemarin, aku sudah mengumpulkan rencana-rencana paling jahat dan licik untuk membalaskan sakit hatiku pada orang yang akhir-akhir ini membuat emosiku meluap. Tindakannya telah berhasil membuatku uring-uringan, pekerjaan serba terbengkalai, suasana hati tidak tenang. Aku bahkan sampai pada titik berpikir, Apa kukeluarkan saja isi perutnya? Berani-beraninya dia mengusik hidupku.

Kadang, aku kaget sendiri dengan pikiran-pikiran kelam di kepalaku. Orang mengenalku sebagai pribadi periang, bahagia, dan tanpa beban. Namun, mereka tidak tahu saja, saat matahari sudah tenggelam dan kegelapan mengambil alih bumi, kepalaku juga mendadak hitam. Banyak pikiran-pikiran seram yang bahkan aku sendiri merasa kesulitan meredam.

Paling konyol, aku berharap punya kekuatan super. [Ya, benar, bukan hanya saat kecil aku mengharapkannya, sekarang juga.] Jadi, jika di jalan seseorang mengklakson kesetanan hanya karena aku sedetik saja terlambat bergerak di lampu hijau, aku bisa mengeluarkan jurus takkasatmata, mengempiskan semua bannya, biar tahu rasa!

Aku tidak tahu apakah kepala orang juga diisi potongan-potongan neraka seperti milikku. Kabar baiknya, aku selalu berhasil menjadi raja atas pikiranku. Aku tidak menolaknya; aku menganggap bahwa pikiran-pikiran kelam itu adalah berkat yang bisa aku pakai untuk membalaskan dendam tanpa harus menyakiti—menuntaskan dalam angan. Bahwa aku bisa merencanakan pembunuhan paling sadis, tetapi pada akhirnya aku sadar bahwa itu hanya akan merugikan diriku. Tidak akan ada kenyamanan yang datang dari melampiaskan emosi dengan kekerasan.
Saat perbuatan orang sudah terlalu sakit, saat pikiranku sudah pada ambang ‘haus darah’, aku akan kembali sadar bahwa kebaikan-kebaikan hanya akan bermuara pada orang-orang sabar.
Baca selengkapnya » 0 komentar

Tidak Banyak Yang Seperti Kamu


Rela meredam sejuta keinginan memiliki ini dan itu demi mendahulukan hadiah kecil untuk ibu. Mati-matian berjuang hingga teramat lelah demi memastikan kesehatan ayah. Orang melihat kau sebagai makhluk paling pelit sejagat raya, bahkan untuk dirimu sendiri. “Ah, tidak usah ajak dia. Ngumpulin uang seratus ribu aja untuk kostum dia ogah,” begitu kata teman-temanmu tentang kamu. Jika ada tokoh tersisihkan dalam novel yang kaubaca, kaulah orangnya dalam kehidupan nyata. Kau selalu bisa berbaur, memang, tetapi tentang uang kau selalu menjadi yang paling belakang. Padahal, bukankah manusia menilai segalanya dengan uang? Jelas saja kau tak pernah masuk hitungan.

Masalahnya, kau juga tak mau membagikan rahasia-rahasia kecilmu; tentang kau yang harus bertanggung jawab atas kehidupan semua orang di rumahmu. Kau selalu berpikir bahwa biarlah hanya Tuhan yang tahu. Toh, kau tidak sedang berusaha menjadi malaikat, hanya berjuang menjadi anak yang baik untuk ibu-bapamu.
Tidak banyak yang seperti kamu, tetapi ada. Di luar sana, ada juga yang hanya bisa menikmati sepersekian dari penghasilannya untuk dirinya sendiri, karena sebagian besar lainnya sudah dibagi-bagi entah pada siapa saja. Dan, tidak ada yang memalukan dari fakta itu. Kau seharusnya bangga bahwa kemurahan hatimu lebih besar dari keinginan dipuja dunia. Bagi teman-temanmu, kau mungkin tak bernilai apa-apa, tetapi Tuhan tak lalai mencatat kebaikanmu di atas sana. Doa-doa orang-orang yang telah kaubantu pun sedang mengguncang pintu surga, memohonkan berkat-berkat untukmu di dunia.

Percayalah, segalanya akan berujung indah.




Gambar hanya pemanis belaka 🙄

Baca selengkapnya » 0 komentar

Copyright © ADE WARLIS 2010

Template By Nano Yulianto