Sabtu, 22 Agustus 2020

Sekarang kita beda hati, dan masih di bumi yang sama

Bila saja aku harus menjauh darimu,
Aku akan memulainya dengan berjalan mundur, Menghayati lambai tanganmu detik demi detik sampai suatu saat kau tidak terlihat lagi. Hingga saat mataku berkaca-kaca, aku akan memejamkan mata biar sampai membuat pipiku basah.
Aku akan rutin menghitungi jarak, sembari menaruh harap jika aku bisa berjumpa dengan kamu lagi, Aku menghamburkan sebagian perasaanku melayang-layang diatas tanah, biar saat berjumpa denganmu, aku ingin tidak terlalu bergetar lagi.
Menjadi dilema, sebab senangmu sudah tidak denganku lagi.
Sementara sejauh apapun aku berjalan mundur dari engkau, Kita masih tetap dalam satu bumi, Kita masih sama-sama di bawah langit yang sama dengan langit ketika kamu mengatakan rindu. Dan itu menjadi sulit,
Karena untukku, kamu sudah menjadi candu.


Baca selengkapnya » 0 komentar

Dengarkan kisahku

Dengarkan kisahku
Dengarkan,
tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku, kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku. Jika kita mencintai,
cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita. Jika kita bergembira,
kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri.
Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam. Jangan kau anggap bahwa cinta itu datang kerena pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus.

Cinta adalah tunas pesona jiwa,
dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat,
ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahasia ia hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan
dan ketika kita mencoba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal uap.


Baca selengkapnya » 0 komentar

Copyright © ADE WARLIS 2010

Template By Nano Yulianto